Psikologi (Apa yang Menggerakkan Pasar)

Ketika kita memikirkan apa yang menggerakkan pasar, yang terlintas di benak kita adalah suku bunga, laporan pendapatan, peristiwa geopolitik. Namun, jika Anda sudah berkecimpung di dunia trading selama lebih dari lima menit, Anda akan tahu bahwa data yang dingin dan keras tidak selalu menyebabkan harga melonjak atau turun. Lebih sering daripada tidak, psikologi yang menariknya.

Pasar terdiri dari manusia, dan manusia itu emosional. Ketakutan, keserakahan, kepanikan, euforia, ini bukan hanya perasaan; ini adalah pendorong pergerakan harga. Lihatlah setiap kejatuhan atau reli besar dan Anda akan melihat sentimen yang memimpin, jauh sebelum fundamental menyusul. Ingat kehebohan GameStop? Itu bukan tentang kinerja perusahaan; itu tentang mentalitas kerumunan yang mengambil alih.

Bahkan trader berpengalaman pun jatuh ke dalam jebakan psikologis. Perilaku menggiring adalah salah satunya. Anda melihat pergerakan tajam dan berpikir, "Saya tidak boleh ketinggalan." Itulah FOMO, dan sering kali menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk. Di sisi lain, ada kelumpuhan dalam menghadapi rasa takut. Saat pasar merosot, pemikiran rasional sering kali dikalahkan oleh naluri untuk keluar dari pasar, berapa pun biayanya.

Inilah sebabnya mengapa analisis teknikal bekerja dengan sangat baik. Ini bukan sihir; ini adalah peta psikologi orang banyak. Pola kandil, level support dan resistance, semuanya merupakan cerminan dari kecenderungan trader untuk bertindak berdasarkan respons emosional di masa lalu. Anda tidak hanya melihat harga; Anda melihat perilaku.

Intinya? Anda dapat memiliki strategi trading terbaik di dunia, tetapi jika Anda tidak memahami bagaimana psikologi menggerakkan pasar dan yang lebih penting lagi, bagaimana hal itu memengaruhi Anda, Anda akan terbang dalam kegelapan. Grafik tidak peduli seberapa pintarnya Anda. Grafik bereaksi terhadap apa yang orang rasakan, bukan hanya apa yang mereka ketahui.

Jadi, lain kali jika Anda melihat harga bergerak dengan cara yang tampaknya tidak "masuk akal", mundurlah sejenak. Mungkin saja itu adalah pola pikir kolektif pasar yang sedang melakukan pergerakan berikutnya.